MATEMATIKA ITU MENYENANGKAN

SELAMAT DATANG DI BLOG SUNDARSIH KYZANIF "MATEMATIKA ITU MENYENANGKAN"

Minggu, 12 Desember 2021

 

MENGUJI KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MELALUI ANBK PADA SISWA SMP NEGERI 1 MAGETAN 

            Untuk pertama kalinya pada tahun 2021 ini, Kemendikbud menyelenggarakan ANBK (Asesmen Nasional Berbasis Komputer) pada jenjang SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA, dan SMK. Tujuan dari asesmen nasional adalah untuk memetakan mutu pendidikan nasional sebagai dasar untuk meningkatkan mutu pembelajaran, karena mutu pembelajaran adalah kunci untuk menghasilkan lulusan yang bermutu. Ada tiga aspek yang diujikan dalam asesmen nasional yaitu : Asesmen kompetensi minimum (AKM), survei karakter, dan survey lingkungan belajar. AKM bertujuan untuk mengukur literasi membaca dan numerik. Bentuk soal dari AKM adalah pilihan ganda, pilihan ganda kompleks, menjodohkan, isian singkat, dan uraian.

Literasi membaca yang dimaksud adalah kemampuan yang lebih dari sekedar membaca dan menulis, tetapi mendorong agar peserta didik mampu menganalisis dengan membaca situasi atau hal-hal yang terjadi di sekitarnya, dengan pemecahan masalah berdasarkan dari apa yang dipelajarinya.

Sedangkan Numerasi, secara umum diartikan sebagai sebuah kecakapan dan pengetahuan seseorang dalam menggunakan berbagai macam angka serta simbol-simbol, yang terkait dengan matematika dasar. Pengetahuan itu digunakan untuk memecahkan masalah-masalah praktis yang sering terjadi di kehidupan sehari-hari. Selain itu, dengan numerasi, seseorang juga dapat menganalisis informasi yang ditampilkan dengan berbagai bentuk, seperti tabel, grafik, bagan, dan banyak lainnya. Setelah mampu menganalisis, kemudian individu tersebut akan menggunakan interpretasi hasil analisisnya, untuk memprediksi dan selanjutnya mengambil keputusan. Di era digital seperti sekarang ini, arus informasi mengalir begitu deras, dan membutuhkan kemampuan menganalisis yang baik untuk menyaring dan memilah mana informasi yang bermanfaat, benar, dan baik, serta mana yang tidak baik dan tidak ada manfaatnya.

                Mengapa literasi membaca dan numerik yang menjadi prioritas untuk ditingkatkan? Karena dua jenis literasi dasar ini menjadi alat untuk memahami bentuk-bentuk literasi lainnya, seperti literasi sains, literasi digital, literasi keuangan, dan sebagainya.

                Soal-soal AKM akan mengadaptasi soal-soal Programme for International Student Assessment (PISA) dan Trends in International Mathematics and Science Study (TIMSS), karena hasil dari AKM dalam jangka panjang diharapkan akan berdampak terhadap meningkatnya kemampuan dan daya saing peserta didik Indonesia di level internasional. Soal-soal PISA dan TIMMS yang akan diadaptasi pada AKM adalah soal-soal yang menuntut kemampuan berpikir kritis (critical thinking) dan kemampuan berpikir tingkat tinggi (Higher Order Thinking Skills/HOTS) peserta didik. Pembelajaran HOTS tidak lepas dari teori level kemampuan berpikir yang dibuat Bloom (1956) dan kemudian direvisi oleh Krathwohl dan Anderson (2001). Adapun susunannya yaitu; mengingat (C-1), memahami (C-2), menerapkan (C-3), menganalisis (C-4), mengevaluasi (C-5), dan mencipta (C-6). Level kemampuan C-1 s.d. C-3 termasuk kategori kemampuan berpikir tingkat rendah (Lower Order Thinking Skills/LOTS), sedangkan level C4 s.d. C-6 termasuk kategori (Higher Order Thinking Skills/HOTS). Dalam kurikulum 2013 juga ditekankan pembelajaran yang menerapkan kecakapan abad 21 yang dikenal dengan 4C, yaitu : Communication (komunikasi), Collaboration (kolaborasi), Critical thinking and problem solving (berpikir kritis dan memecahkan masalah), Creative and innovative (kreatif dan inovatif).

Dalam pembelajaran HOTS, peserta didik bukan hanya di-drill dengan sekian banyak materi pelajaran dan hanya sebatas menguasai konsep saja, tetapi didorong untuk berpikir kritis dan mampu mencari alternatif pemecahan masalah. Oleh karena itu, model-model pembelajaran yang digunakan oleh guru pun diharapkan yang mampu mendorong peserta didik berpikir kritis dan mampu berpartisipasi secara kolaboratif, seperti model pembelajaran berbasis masalah (problem based learning), pembelajaran menemukan (inquiry/discovery), dan pembelajaran berbasis proyek (project based learning). Pembelajaran HOTS diharapkan membangun mental peserta didik agar tidak mudah menyerah dan putus asa. Hanya orang-orang kreatif dan mampu berpikir kritis yang akan mampu menyesuaikan diri dan mampu bertahan di tengah semakin ketatnya persaingan global. Dengan kata lain, para peserta didik disiapkan untuk menghadapi masa depan yang semakin kompetitif dan penuh dengan ketidakpastian. Pembelajaran yang mengembangkan HOTS dan menerapkan 4C akan menjadi sebuah persiapan yang baik saat peserta didik mengikuti AKM karena soal-soal AKM akan membuat peserta didik melahirkan daya analisis berdasarkan suatu informasi, bukan membuat peserta didik menghapal/mengingat-ingat materi. 

Pelaksanaan ANBK di SMP Negeri 1 Magetan dilaksanakan pada hari Senin dan Selasa, tanggal 4 dan 5 Oktober 2021, dan diikuti oleh 45 peserta utama dan 5 peserta cadangan, yang mana pemilihan peserta ANBK dilakukan secara acak atau random pada jenjang kelas  yang sudah ditetapkan yaitu kelas VIII. Pelaksanaan ANBK di SMP Negeri 1 Magetan berjalan dengan lancar tanpa ada halangan. Peserta ANBK mengerjakan dengan sungguh sungguh soal soal yang diberikan, baik soal AKM literasi, numerasi, soal survei karakter, maupun soal soal tentang survei lingkungan belajar. 

             Peserta ANBK SMPN 1 Magetan mendapat pengarahan dari Kepala SMPN 1                               Magetan sebelum mengerjakan soal soal ANBK

                    Peserta ANBK SMPN 1 Magetan berbaris sebelum masuk ruang ANBK


         Peserta ANBK SMPN 1 Magetan mendapat kartu peserta ANBK



                   Peserta ANBK SMPN 1 Magetan sedang mengerjakan soal soal ANBK

 

MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MELALUI  PEMBELAJARAN BERORIENTASI HOTS MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN PBL DI SMP NEGERI 1 MAGETAN

     Pembelajaran matematika merupakan proses yang dirancang dengan tujuan untuk menciptakan suasana lingkungan yang memungkinkan peserta didik melaksanakan kegiatan belajar matematika, sehingga pemahaman konsep-konsep atau prinsip-prinsip matematika dapat dipelajari dengan baik oleh peserta didik.

     Dalam praktik pembelajaran Kurikulum 2013 yang penulis lakukan selama ini, penulis menggunakan buku siswa dan buku guru. Penulis meyakini bahwa buku tersebut sudah sesuai dan baik digunakan di kelas karena diterbitkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Ternyata, dalam praktiknya, penulis mengalami beberapa kesulitan seperti materi dan tugas tidak sesuai dengan latar belakang peserta didik. Selain itu, penulis masih berfokus pada penguasaan pengetahuan kognitif yang lebih mementingkan hafalan materi. Dengan demikian proses berpikir siswa masih dalam level C1 (mengingat), memahami (C2), dan C3 (aplikasi). Guru hampir tidak pernah melaksanakan pembelajaran yang berorientasi pada keterampilan berpikir tingkat tinggi (higher order thinking skills/ HOTS).  Penulis juga jarang menggunakan media pembelajaran. Dampaknya, suasana pembelajaran di kelas kaku dan anak-anak tampak tidak ceria.

     Untuk menghadapi era Revolusi Industri 4.0, peserta didik harus dibekali keterampilan berpikir tingkat tinggi (higher order thinking skills) agar siswa mempunyai kemampuan berpikir kritis. Hal ini juga sejalan dengan upaya optimalisasi internalisasi Pancasila pada pembelajaran khususnya pada aspek berpikir kritis.  Salah satu model pembelajaran yang berorientasi pada HOTS dan disarankan dalam implementasi Kurikulum 2013 adalah model pembelajaran berbasis masalah (Problem  Based learning/PBL). PBL merupakan model pembelajaran yang mengedepankan strategi pembelajaran dengan menggunakan masalah dari dunia nyata sebagai konteks siswa untuk belajar tentang cara berpikir kritis dan keterampilan pemecahan masalah, serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep esensial dari materi yang dipelajarinya. Dalam PBL siswa dituntut untuk mampu memecahkan permasalahan nyata dalam kehidupan sehari-hari (kontekstual). Dengan kata lain, PBL membelajarkan peserta didik untuk berpikir secara kritis dan analitis, serta mencari dan menggunakan sumber pembelajaran yang sesuai untuk memecahkan masalah yang dihadapi.

        Adapun langkah langkah pelaksanaan yang penulis lakukan adalah adalah memetakan kompetensi dasar (KD), merumuskan indikator pencapaian kompetensi, pemilihan model pembelajaran (PBL), merencanakan kegiatan pembelajaran sesuai dengan model pembelajaran. Pengembangan desain pembelajaran dilakukan dengan merinci kegiatan pembelajaran yang dilakukan sesuai dengan sintak PBL, penyusunan perangkat pembelajaran (meliputi RPP, bahan ajar, LKPD, dan instrumen penilaian) 

     Setelah melaksanakan pembelajaran matematika dengan model PBL, penulis menemukan bahwa proses dan hasil belajar peserta didik meningkat. Siswa menjadi jauh lebih aktif, tingkat berpikir kritis pada siswa juga semakin meningkat, serta kemampuan siswa dalam memecahkan masalah (Problem Solving) semakin  baik dibandingkan pembelajaran sebelumnya. 



                                             (a)                                                                (b)                                                                                                    

Gambar.1.  Siswa diskusi untuk mencari penyelesaian dari permasalahan kontekstual yang berkaitan dengan bangun ruang sisi lengkung (a) Diskusi secara tatap muka terbatas. (b) Diskusi secara online



                              
                                              (a)                                                               (b)

Gambar.2. Salah satu kelompok mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya. (a) Presentasi secara tatap muka terbatas. (b) Presentasi secara online

        Dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning, kemampuan siswa untuk bersikap terbuka dalam memberi pendapat, menerima pendapat, bertanya apabila terdapat hal hal yang tidak dimengerti, berdiskusi, presentasi sampai membuat kesimpulan bisa meningkat. Dengan kata lain, kemampuan siswa dalam berpikir kritis juga meningkat.

Rabu, 01 Februari 2017

BARISAN DAN DERET ARITMETIKA



BARISAN DAN DERET ARITMETIKA
1.     BARISAN BILANGAN

Barisan bilangan adalah urutan/susunan bilangan-bilangan yang disusun menurut aturan tertentu.
Contoh barisan bilangan :

1.      3, 7, 11, 15, 19, …….
Aturan barisan bilangan diatas adalah “ ditambah 4”
2.      2, 6, 18, 54, 162, …..
Aturan barisan bilangan diatas adalah : “dikali 3”
3.      96, 48, 24, 12, 6, ……
Aturan barisan bilangan diatas adalah : “dibagi 2”
4.      3, 5, 8, 13, 21, 34, 55, 89, ….
Aturan barisan bilangan diatas adalah “ Suku selanjutnya diperoleh dari jumlah dua suku sebelumnya, dengan syarat dua suku pertama diketahui”. Barisan bilangan yang mempunyai aturan demikian disebut barisan bilangan Fibonacci

2.      BARISAN ARITMETIKA

Barisan Aritmetika adalah barisan bilangan yang mempunyai nilai beda yang tetap, dimana beda adalah Un – Un-1
Contoh barisan aritmetika :

1.      5, 8, 11, 14, 17, …..
U1 = 5, U2 = 8, U3 = 11, U4 = 14, U5 = 17
U2 – U1  = U3 – U2 = U4 – U3 = U5  - U4 = 3
Sehingga barisan bilangan diatas merupakan barisan aritmetika karena bedanya  tetap yaitu 3
2.      28, 22, 16, 10, 4, …..
U1 = 28, U2 = 22, U3 = 16, U4 = 10, U5 = 4
U2 – U1  = U3 – U2 = U4 – U3 = U5  - U4 = -6
Sehingga barisan bilangan diatas merupakan barisan aritmetika karena bedanya tetap yaitu -6

RUMUS UMUM SUKU KE-n DARI BARISAN ARITMETIKA

Didalam barisan aritmetika U1, U2, U3, U4, U5, ….. dengan nilai beda b maka :
U2 = U1 + b = U1 + (2 - 1)b
U3 = U1 + 2b = U1 + (3 - 1)b
U4 = U1 + 3b = U1 + (4 – 1)b , dan seterusnya, sehingga dari keterangan diatas kita bisa mengambil kesimpulan jika Un = U1 + (n – 1)b
Contoh :

Selasa, 31 Januari 2017

VIDEO IMPLEMENTASI KELAS DIGITAL DI SMP 1 MAGETAN

Berikut ini merupakan video implementasi kelas digital yang dilaksanakan di SMP 1 Magetan.


VIDEO FUNNY MATH PROBLEMS

Video berikut tentang Funny Math Problems. Silakan menyimak dan menikmati videonya







Minggu, 29 Januari 2017